Minggu, 12 Mei 2013

Lirik lagu mahadewi - padi


Hamparan langit maha sempurna,
Bertahta bintang - bintang angkasa
Namun satu bintang yang berpijar,
Teruntai turun menyapa ku

Reff 1 :
Ada tutur kata terucap,Ada damai yang kurasakanBila sinarnya sentuh wajahku,Kepedihanku pun... terhapuskan
Alam rayapun semua tersenyum,Merunduk dan memuja hadirnyaTerpukau aku menatap wajahnya,Aku merasa mengenal dia...

Reff 2 :
Tapi ada entah dimana,Hanya hatiku mampu menjawabnyaMahadewi resapkan nilainya,Pencarianku pun... usai sudah

Back to Reff :
Mahadewi resapkan nilainya,Mahadewi tercipta untukkuMahadewi resapkan nilainya,Mahadewi tercipta untukku

Melukis Ditengah Hujan Deras, "Ritual Kebudayaan" Nasirun -Tarman Jelang Pergantian Tahun


 Hujan deras yang mengguyur kawasan Titik Nol pada saat sore hingga malam pergantian tahun  pada Senin (31/12) tidak membuat dua seniman Jogja, Nasirun dan Tarman, berhenti menciptakan karya seni rupa. Justru mereka berdua bersemangat untuk melukis bersama di depan Gedung Agung Yogyakarta.

Inilah “ritual” seni rupa yang dilakukan Nasirun da Tarman ditengah kegalauan masyarakat yang resah menyambut  tahun baru namun harus diiringi dengan hujan deras.  Nasirun menjelaskan, apa yang ia lakukan bersama Tarman sebagaipenanda pergantian tahun yang dilakukan pelaku seni.

“Maka untuk menadainya kami melukis di ruang terbuka sebagai bentuk sebuah prosesi kebudayaan,” kata Nasirun pada Selasa (1/1).

Menurut Nasirun, bukan hanya mengenai prosesi kebudayaan saja mengapa ia melukis bersama Tarman ditengah hujan deras. Tapi hal itu juga berkaitan dengan mitos. Dalam pandangan Nasirun, angka (20) 13 secara mistis dipandang sebagai angka sial.

"Secara mistis angka (20)13 merupakan angka sial, terlebih dalam situasi hujan deras. Karena itu kami melakukan rialat kebudayaan. Ya semacam tumbal lah yang juga mengandung sebuah kontemplasi," ujar Nasirun, perupa asal Cilacap, Jawa Tengah ini.

Di mulai pukul 20.00, dengan hanya memakai payung untuk menutupi kepalanya, Nasirun mencoretkan cat di atas kanvas berukuran 2 x 3 meter. Sementara Tarman melakukan di atas kanvas berukuran 70 x 90 cm. Sedang Fira (anak Tarman) juga ikut melukis. 

Setelah tiga jam melukis, Nasirun berhasil merampungkan lukisan dengan judul "Ibu, Janganlah Menangis". Tarman memberi judul lukisannya "Nuansa Malam (di Yogya) Yang Hujan" dengan background gedung Kantor Pos sebagai ikon kota Yogyakarta.

Nasirun menjelaskan judul lukisan yang ia buat terinspirasi pertemuan dirinya dengan ibu penjual minuman saat melukis. Ibu itu menawarkan dagangan minuman di bawah guyuran hujan dan dagangannya hanya ditutup dengan lembaran.

“Saya melihat ibu ini melakukan prosesi spiritual," ujar Nasirun seraya menambahkan prosesi melukis yang ia lakukan ini penting sebagai ritual kebudayaan yang tidak dilakukan para pelaku kebudayaan. Yang melakukan ritual tersebut justru seorang pedagang kecil di pusaran pusat kebudayaan.

"Apakah ini artinya pelaku kebudayaan itu justru pedagang terompet dan minuman," seloroh Nasirun seraya tertawa.

Makna dari lukisan Nasirunitu tetap mengacu pada keadaan alam, bumi yang bisa diartikan ibu (pertiwi). Ibu (bumi)  selama ini selalu memberi berkah bagi umat Allah yang hidup di dalamnya. Untuk itu, manusia perlu merawat dan menjaga bumi atau ibu.

Nasirun dan Tarman mengakui butuh perjuangan tersendiri untuk melukis di alam terbuka dan diguyur hujan deras. Melukis di studio juga perjuangan yang berat. Apalagi melukis di ruang terbuka.

"Di tonton banyak orang dan diguyur hujan deras. Cat yang kami torehkan ke kanvas, sering tertimpa air hujan dan menetes ke bawah. Di satu sisi, lukisan saya lebih tergambar suasana hujannya," kata Tarman.

Apa yang dilakukan Nasirun dan Tarman adalah  berkolaborasi dengan alam yang menghadirkan awan kelabu menggelayut di atas sedang mencurahkan air. Demikian pula pertemuannya dengan sosok ibu penjual minuman asal Purbalingga.

"Semoga kolaborasi ini bisa menjadi pijakan dasar bagi hidup saya menapak tahun 2013," kata Nasirun yang terlahir dari keluarga petani.

Senin, 15 April 2013

Pengertian dan Latar Belakang IBD


Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.       Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince )
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah
2.       Ilmu-ilmu sosial ( social scince )
ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
3.       Pengetahuan budaya ( the humanities )
bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataankenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4. menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat. Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1. Manusia dan cinta kasih
2. Manusia dan Keindahan
3. Manusia dan Penderitaan
4. Manusia dan Keadilan
5. Manusia dan Pandangan hidup
6. Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7. Manusia dan kegelisahan
8. Manusia dan harapan

MANUSIA dan KEBUDAYAAN

Manusia
Dipandang dari segi ilmu eksakta, manusia adalah kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia ( ilmu kimia ). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi ( ilmu fisika ). Manusia merupakan mahluk biologis yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia ( biologi ). Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atu selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus ( ilmu ekonomi ). Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri ( sosiologi ), mahluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan ( politik ). Dan lain sebagainya.
1.       Manusia itu terdiri dari empat unsure yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad; yaitu badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba, dan difoto, dan menempati ruang dan waktu.
b. Hayat; yaitu mengandung unsure hidup, yang ditandai dengan gerak
c. Ruh; yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersift konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
d. Nafas; dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentan diri sendiri



2. Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung 3 unsur yaitu :
a. Id. Yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukkan cirri alami yang irrasional dan terkait masalah sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran. Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
b. Ego. Merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubgunkan energi Id ke dalam saluran osial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Superego. Merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia limat tahun. Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.
Dari uraian diatas dapat mengkaji aspek tindakan manusia dengan analisa hubungan antara tindakan dan unsure-unsur manusia. Seringkali misalnya orang senang terhadap penyimpangan terhadap nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh Id dibandingkan super-egonya. Atau seringkali aa kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang yang berparas buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka umum, dpat diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri ) yang dimilikinya. Kesemuanya tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa bagi tingkah laku manusia.
Hakekat Manusia :
1. Mahluk ciptaan Tuhan yagn terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
2. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan denan mahluk lainnya
3. mahluk biokultural yaitu mahluk hayati yagn budayawi
4. Mahluk Ciptaan Tuhan yagn terkait dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuanbekerja dan berkarya


Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan sega norma dan nilai masyarakat yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasarakatan alam arti luas, didalamnya termasuk, agama, ideology, kebatinan, kenesenian dan semua unusr yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia. Yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjtunya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan piker dari orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat. Dari pengetian tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan ari pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya kelakuan manusia itu sendiri.Atas dadar itulah para ahli mengemukakan adanya unsure kebudayaan yang umumnya diperinci menjadi 7 unsur yaitu :
1. unsur religi
2. sistem kemasyarakatan
3. sistem peralatan
4. sistem mata pencaharian hidup
5. sistem bahasa
6. sistem pengetahuan
7. seni


Bertitik tilah dari sistem inilah maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud antara lain :
1. wujud sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya aa dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup
2. kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia
Perubahan kebudayaan pada dasarnya tidak lain dari para perubahan manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan itu. Perubahan itu terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya, atau karena hubungan antara kelompok manusia dalam masyarakat. Tidak ada kebudayaan yanga statis, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dinamika, mengalami perubahan; perubahan itu akibat dari perubahan masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tersebut.

Ø  LATAR BELAKANG
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1.      Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2.      Pada zaman sekarang terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan manusia. 

Ø  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian dari Ilmu Budaya Dasar?
2.      Apa latar belakang adanya ilmu budaya dasar?
3.      Apa saja ruang lingkup ilmu budaya dasar?
4.      Apa hubungan ilmu budaya dasar dengan ilmu eksak?

Ø  TUJUAN PENULISAN

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Dan juga untuk mejelaskan pentingnya Ilmu Budaya Dasar sebagai fondasi membangun moral mahasiswa. Agar tercipta manusia dengan kepedulian tinggi terhadap sesamanya. Dan mengenalkan ilmu budaya dasar serta hubungannya dengan ilmu eksak. Bahwa kedua ilmu ini adalah memiliki keterikatan satu sama lain.





A.    PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
“Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya.[1]
Definisi tentang pengetahuan budaya : “Pengetahuan Budaya (the humanities) adalah pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni music, seni rupa dan lain-lain. Dengan demikian disini jelas dapat dibandingkan antara pengertian the humanities (Ilmu Budaya Dasar) dengan Culture (Kebudayaan). The Humanities atau Humaniora itu menurut L.Wilardjo adalah : sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap sesamanya. Jadi Humaniora ini dilihat dari definisi L.Wilarjo sebagai seperangkat sikap dan perilaku manusia.
Sedangkan kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin: “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut Dawson dalam bukunya “Age Of The Gods”, kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common way of life). Sedangkan menurut E.B Taylor dalam bukunya : “Primitive Culture” kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dan Dr.Moh.Hatta mengatakan kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Sepintas definisi-difinisi tersebut kelihatan berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa : Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.

B.     LATAR BELAKANG ILMU BUDAYA DASAR

Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan system pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. System pendidikan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai sekarang, system pendidikan yang terkotak-kotak telah menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu. Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan sarjana yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya, dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya. Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul dalam lingkungan masyarakat.[2]
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas :
·         Kemampuan akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis, sistematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatife pemecahannya.
·         Kemampuan profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
·         Kemampuan personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia.

Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahannya sebgai berikut :
·         Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
·         Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran system nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh hubungan interaksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
·         Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.


C.    RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR

Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan di atas, ada dua masalah yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut ialah :
·         Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanitie), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
·         Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, social dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka.

Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek akan tetapi sekaligus objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Tim IBD dari Konsorsium sudah berusaha mengadakan pembagian masalah-masalah tersebut secara fleksibel. Pada tahun 1972 misalnya, masalah-masalah tersebut dibagi menjadi 10 tema atau 10 topik :
1.      Manusia dan pandangan hidup
2.      Manusia dan asuhan
3.      Manusia dan tanggung jawab
4.      Manusia dan cinta kasih
5.      Manusia dan kegelisahan
6.      Manusia dan derita (penderitaan)
7.      Manusia dan harapan
8.      Manusia dan ketulusan
9.      Manusia dan pengabdian
10.  Manusia dan keadilan
Pada tahun 1973 Tim IBD membagi masalah-masalah tersebut menjadi 15 tema atau topic, yang disusun sesuai dengan “lingkungan hidup manusia”.
1.      Kelahiran
2.      Kebahagiaan dan humor
3.      Cinta kasih dan keterbukaan
4.      Kedirian manusia dan perkelaminan
5.      Pengeluaran, pemanfaatan, dan penaklukan alam
6.      Keindahan dan khayalan
7.      Kekuatan dan kehormatan
8.      Kedakuan, pemberontakan, dan perbudakan
9.      Penderitaan
10.  Keadilan dan hak
11.  Kebebasan
12.  Kebijakan dan pandangan hidup
13.  Kerinduan Ilahi
14.  Iman dan kesucian
15.  Kematian
Kemudian pada tahun 1978, Tim IBD menyusun kembali masalah-masalah tersebut menjadi 7 topik yaitu :
1.      Keadilan
2.      Tanggung jawab
3.      Cinta kasih
4.      Pengabdian
5.      Harapan
6.      Kegelisahan
7.      Penderitaan
Dan pada tahun 1980 Tim IBD merumuskan menjadi 8 topik :
1.      Pandangan hidup
2.      Keindahan
3.      Cinta kasih
4.      Tanggung jawab dan pengabdian
5.      Keadilan
6.      Kegelisahan
7.      Penderitaan
8.      Harapan
Akhirnya pada tahun 1982 Konsorsium menurunkan rumusan terbaru sebagai berikut:
            Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
            Kedua maslah pokok tersebut di atas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan ke dalam satu tema, yaitu menusia sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut ke dalam delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu :
1.      Manusia dan cinta kasih
-          Cinta antara pria dan wanita
-          Kekeluargaan
-          Persaudaraan
2.      Manusia dan keindahan
-          Kontemplasi
-          Ekstasi
3.      Manusia dan penderitaan
-          Nasib buruk
-          Penyesalan
-          Kehilangan yang dicintai
4.      Manusia dan keadilan
-    Rasa keadilan
-   Perlakuan yang adil
5.      Manusia dan pandangan hidup
-          Cita-cita
-          Kebajikan
6.      Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
-          Kesadaran
-          Kewajiban
-          Pengorbanan
7.      Manusia dan kegelisahan
-          Keterasingan
-          Kesepian
-          Ketidakpastian
8.      Manusia dan harapan
-          Kepercayaan diri
-          Gairah mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas nempak sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas dari masalah-masalah manusia dan kebudayannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut di atas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji dengan Ilmu Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang pengetahuan budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra, tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan untuk menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup manusia.
Di samping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan semacam itu diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.





D.    HUBUNGAN ILMU BUDAYA DASAR DENGAN ILMU-ILMU EKSAK

1.      Hubungan IBD dengan Ilmu Teknik
Sesuai dengan pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka tidak mengherankan jika pengetahuan budaya dasar itu berkaitan sekali dengan ilmu-ilmu teknik, justru ilmu teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia. Karena itu tidak mengherankan, jika karya budaya itu menuntut kekuatan, keindahan, kepraktisan, dan sebagainya.
Hal itu dapat kita perhatikan pada hasil yang berbentuk bangunan-bangunan, seperti rumah, bangunan jembatan, motor, robot dan lain sebagainya.

2.      Hubungan IBD dengan Ilmu Pertanian
Sesuai dengan pendapat dalam uraian di atas, yaitu hubungan IBD dengan ilmu-ilmu teknologi, maka hubungan IBD dengan ilmu-ilmu pertanian sama juga.
Hasil kesadaran budi manusia berkaitan erat dengan ilmu-ilmu pertanian. Hal itu terjadi sejak masyarakat kita bersifat agraris.
Sekarang, dalam masa modern ini hasil budi kita juga mengacu arah kemajuan. Karena itulah, maka IBD berusaha mengikuti perkembangan dan mengaitkan dengan ilmu-ilmu pertanian modern, antara lain: berperhatian pada tanah sebagai fokusnya, pada tanam-tanamannya, pada hama dan penyakitnya dan berperhatian kepada perekonomiannya dan seterusnya.
·         Hubungan IBD dengan tanah sebagai fokusnya
Konsep IBD merupakan pengejawantahan manusia yang berbudi, sadar untuk berperhatian langsung kepada tanah sebagai focus sasarannya. Manusia itu bergabung dengan manusia lain dan akhirnya akan berkelompok. Mereka mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai cita-citanya dan mereka itulah yang kita sebut masyarakat. Dalam masyarakat itulah biasanya mereka membuat peraturan-peraturan bersama dan peraturan itu ditiadakan, kemudian peraturan itu diturunkan kepada anak keturunannya.
Mengenai hubungan manusia dengan tanah dalam alam modern ini sering timbul pertentangan karena adat masyarakat itu. Masyarakat mempertahankan berlakunya adat yang dipatuhi, sedang masyarakat modern menginginkan ketidak patuhannya demi ide yang diliputi akal budi yang sadar. Untuk kepentingan itu akal budi manusia selalu berusaha agar dapat memperbolehkan tanahnya diolah dan diubah untuk meningkatkan produksi, serta mengubah tanahnya yang kurang subur itu menjadi tanah yang subur serta bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Begitu pula mengenai penggunaan alat-alat modern dalam pertanian, waktu pengolahan dan waktu bertanam. Biasanya usaha itu oleh adat dianngap tabu.
Disinilah peranan ilmu budaya untuk mengatasi kesulitan sampai mencapai tujuan.
·         Hubungan IBD dengan tanam-tanaman sebagai fokusnya
Sesuai dengann sub pokok bahasan mengenai tanam-tanaman pun sering menjadi masalah yang rumit untuk di atasi. Hal itu terasa sekali ketika kita akan mengubah tanaman pada jenis wulu dengan tanaman padi jenis PB. Begitu pula bagaimana cara kita menjelaskan kepada masyarakat untuk dapat izin menanam jenis tanaman tertentu dicampur dengan tanaman yang lain yang berguna, tetapi tidak merugikan tanaman yang pokok. Jelas tidak benar, jika para budayawan akan mencapai tujuannya itu dengan cara melawan adat.
Di sinilah para budayawan pertanian berperan sekali untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan di sector pertanian. Untuk meningkatkan pengembangan itu para ahli yang berbudaya yang cocok dengan tanah kita.
·         Hubungan IBD dengan hama dan penyakit sebagai fokusnya
Sering masyarakat menuduh dengan mudah atau melemparakan kesalahan kepada para ahli berkenaan dengan munculnya hama penyakit tanam-tanaman yang melandanya. Pendapatnya, datangnya hama penyakit disebabkan dewa/roh yang berkuasa menghukunya. Orang harus sadar, bahwa roh yang marah itu harus segera diberi upeti dan segera sang dewa itu mau menghilangkan penyakit yang menimpanya. Jika para ahli menjelaskan adanya penyakit itu maka mereka menolaknya. Dalam hal ini masyarakat kurang mudah memahami apa yang dimaksud pembaharuan dan pembangunan berdasarkan penalaran yang sakit untuk memberantasnya.
Di sini pula para ahli yang berbudaya dituntut untuk segera bisa mengatasi kesukaran-kesukaran yang berhubungan dengan pembangunan di sector pertanian dengan perwujudan dapat memberantas hama tikus, wereng, dan sebagainya. Anggapannya, perwujudan yang nyata itu akan dengan segera diterima oleh masyarakat. Karena itu obat hasil penelitiannya yang manjur dan ampuh tersebut yang diharapkan oleh mereka. Masalah ini justru yang menjadi tantangan bagi para masyarakat ilmiah.
·         Hubugan IBD dengan perekonomian sebagai fokusnya
Memperhatikan masalah ekonomi, mengolah orang cenderung berfikir tentang usaha, mengolah dan memasarkannya. Dengan ekonomi itu orang akan dengan mudah memperhatikan gerak masyarakat dalam pembangunan ini. Dengan melalui perekonomian manusia budaya akan selalu berusaha, bagaimana hasil sector pertanian itu dapat dikembangkan dengan leluasa, baik versifat nasional maupun bersifat internasional.
·         Hubungan IBD dengan ilmu kedokteran
Sejak dengan ilmu-ilmu kedokteran yang sifatnya lebih kearah manusia, maka sudah jelas kiranya, bahwa pengetahuan budaya yang berkaitan dengan hasil kesadaran manusia akan parallel dengan ilmu-ilmu kedokteran.
Segala penalaran dokter sebagai manusia akan sama dengan penalaran budi manusia. Ilmu kedokteran yang selalu memikirkan jasmani dan rohani manusia akan selalu dituntut oleh keadaan lingkungan masyarakat. Salah piker dari seorang dokter berarti akan bertentangan dengan hati nurani manusia yang melekat dalam pribadi sang dokter. Sebaliknya kesuksesan dokter akan selalu menjunjung tinggi dan mengangkat nama harumnya, karena segala kesuksesan itu tentu dilandasi oleh budi/ pikiran manusia secara sadar. Justru karena itulah, Fakultas kedokteran akan selalu parallel dan tidak akan sumbang dengan penalaran manusia yang kreatif dan bermoral tinggi.
Hal itu dapat diperhatikan dari contoh-contoh kehidupan sang dokter. Mereka tidak akan pilih kasih menghadapi pasiennya, apakah si pasien itu kaya atau miskin. Bagi dokter yang penuh dedikasi baik ia akan menghadapi pasiennya sama saja. Sang dokter akan puas sekali, jika ia mampu menyembuhkan paisennya yang mungkin sekali ia sudah tak akan tertolong, menurut perhitungan ilmiah.
Dalam kehidupan sehari-hari sang dokter akan merasa diuji oleh janji dokternya,  Ia diuji agar sang dokter mau memberi suntikan yang mematikan terhadap seseorang. Disini sang dokter dengan kebudayaan yang tinggi dan perasaaan yang penuh cinta kasih harus memberi jawaban/ tindakan yang sesuai dengan penalaran yang baik.
Dengan demikian hubungan IBD dengan dokter sebagai pribadi akan mampu memberi jawaban dengan menyadarkan ketidak puasannyadalam kehidupan bermasyrakat.

Jadi IBD merupakan ilmu yang bertugas mendasari mental pribadi mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi dan menghayati ilmu-ilmu budaya di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu disiplinnya masing-masing.
Gerak manusia budaya dalam masyarakat selalu menarik hubungan penalaran manusia terhadap ilmu-ilmu tertentu. Inilah sebabnya IBD sebagai ilmu akan selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain, baik antar ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu-ilmu social atau ilmu-ilmu eksak. Hubungan ilmu budaya dasar dengan ilmu-ilmu teknik dapat dilihat pada karya manusia yang berbudi sadar seperti : bangunan-bangunan, baik bangunan yang sederhana maupun bangunan raksasa, misalnya jembatan yang sederhana yang biasa orang menyebut titian sampai dengan jembatan panjang sekali: bangunan rumah dapat kita perhatikan bangunan rumah sederhana sampai dengan bentuk ukiran bangunan yang berujud alat-alat elektronik yang sangat sederhana sampai alat-alat elektronik yang maju sekali.
Hubungan il;mu budaya dasar dengan ilmu-ilmu pertanian dalam hal ini hubungan IBD dengan ilmu-ilmu pertanian dapat terlihat pada penalaran manusia terhadap tanah, terhadap tanam-tanaman, terhadap hama penyakit, terhadap bio kimia untuk mengatasi hambatan-hambatan yang berhubungan demngan sector pertanian. Selanjutnya penalaran manusia terhadap perekonomian pertanian pun menjadi masalah yang tak luput dari pemikiran ilmu budaya dasar.
Hubungan ilmu budaya dasar dengan ilmu-ilmu kedokteran tampak jelas, sebab ilmu kedokteran itu sendiri berada atau merupakan ilmu-ilmu yang secara langsung berkaitan dengan manusia sebagai sasarannya. Di sinilah ilmu kedokteran itu berperan sekali dalam kehidupan manusia. Jadi, budi manusia yang luhur harus dapat menguasai atau menyelubungi segala tindak tanduk sang dokter.

Kamis, 17 Januari 2013

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat

 * Pelapisan Sosial
 -          Pelapisan Sosial
Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelasyang lebih rendah dalam masyarakat.
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatuyang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
-          Terjadinya Pelapisan Sosial
Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
a.      Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
b.      Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
-          Perbedaan Sistem Pelapisan Dalam Masyarakat
Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang dan pelapisan sosial yang berbeda-beda. Pelapisan sosial merupakan pemilah-milah kelompok sosial berdasarkan status, strata dan kemampuan individu tersebut yang terjadisecara alami didalam masyarakat. Terjadinya pelapisa sosial berdasarkan adanya cara pandang masyarakat yang berbeda-beda dengan dilatarbelakangi oleh status sosial, strata sosial dan kemampuan ekonomi yang berbeda-beda. Adapun perbedaan sistem pelapisan dalam masyarakat:
  1. Sistem pelapisan masyarakat tertutup diantaranya, Kasta Brahmana (pendeta), Kasta Ksatria (golongan bangsawan), Kasta Waisya (golongan pedagang), Kasta Sudra (golongan rakyat jelata) dan Kasta Paria (golongan orang yang tidak memiliki kasta)
  2. Sistem pelapisan masyarakat terbuka. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk menempati jabatan, jika orang tersebut menpunyai kemampuan pada bidang tersebut.
    Kesamaan derajat terjadi karena adanya perbedaan kemampuan yang terjadi dalam bermasyarakat. Oleh sebab itu munculah lapisan-lapisan yang dapat menyatukan hal yang awalnya berbeda kemudian menjadi satu, hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang 1945 tentang hak asasi manusia.
    Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
-          Teori Tentang Pelapisan Sosial
      Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
  1. Kelas atas (upper class)
  2. Kelas bawah (lower class)
  3. Kelas menengah (middle class)
  4. Kelas menengah ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :
1)      Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
2)      Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
3)      Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4)      Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
5)      Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan social, yaitu :
a.      ukuran kekayaan
b.      ukuran kekuasaan
c.      ukuran kehormatan
d.      ukuran ilmu pengetahuan
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
*Kesamaan Derajat
- Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara.
Tanggal Akses: 17 Januari 2013

-          Pasal-pasal Didalam UUD45 Tentang Persamaan Hak
Negara Republik Indonesia, menganut asas bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hukum ini dibuat dengan maksud untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum Ada empat pasal yang memuat ketentuan tentang hak asasi manusia yakni pasal 27,28,29 dan 31.
  1. Pasal 27 ayat 1 menetapkan bahwa ;Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan Pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan tanpa kecuali.
  2. Pasal 27 Ayat 2 ; hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
  3. Pasal 28 ; kemerdekaan berserikat dan berkumpul , mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh Undang-Undang.
  4. Pasal 29 ayat 2 ; Kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara.
  5. Pasal 31 ; (1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (2) pemerintah mengusahakan dan menyelnggarakan suatu sistem pengajaran nasional , yang diatur dengan Undang-Undang.
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
-          4 Pokok Hak Asasi Dalam 4 Pasal Yang Tercantum Pada UUD’45
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat mengambilnya atau melanggarnya. Kita harus menghargai anugerah ini dengan tidak membedakan manusia berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi manusia bukan berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia juga harus menghormati hak asasi manusia lainnya.
Ada 3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok), yaitu :
a. Hak Hidup (life)
b. Hak Kebebasan (liberty)
c. Hak Memiliki (property)
Ketiga hak tersebut merupakan hak yang fundamental dalam kehidupan sehari-hari. Adapun macam-macam hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut :
  1. Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contohnya : hak beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak bicaara.
  2. Hak asasi politik, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contohnya : hak mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.
  3. Hak asasi ekonomi, yaitu hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contohnya : hak memiliki barang, menjual barang, mendirikan perusahaan/berdagang, dan lain-lain.
  4. Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contohnya : hak mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak mengembangkan seni budaya, dan lain-lain.
  5. Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dah pemerintahan, yaitu hak yang berkaiatan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya : hak mendapat perlindungan hukum, hak membela agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk diperlakukan secara adil, dan lain-lain.
  6. Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contohnya : dalam penyelidikan, dalam penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.
2. Berbagai Instrumen HAM di Indonesia :
1) Pembukaan UUD 1945
Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 :
a) Alinea I : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
b) Alinea IV : “… Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial……”
2) Batang Tubuh UUD 1945
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat dikelompokkan menjadi :
a) Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28),
b) Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),
c) Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
d) Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).
Berdasarkan amandemen UUD 1945, hak asasi manusia tercantum dalam Bab X A Pasal 28 A sampai dengan 28 J, sebagaimana tercantum berikut ini :
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran. memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggakannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dan ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan yang rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suara politik dari negara lain.
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa berhak memperoleh pefayanan kesehatan
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
*Elite dan Massa
-          Pengertian Massa
Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan  kecil yang memegang kekuasaan.
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
Tanggal Akses: 17 Januari 2013
-          Fungsi Elite Dalam Memegang Strategi
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecendrungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan Massa. Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan dasar-dasar kehidupan pada masa-masa yang akan datang.
Kelompok minoritas yang mempunyai nilai secara sosial ini berkembang sejalan dengan perkembangan fungsional dalam suatu masyarakat. Perkembangan elite sebagai suatu kelompok minor yang berpengaruh dan menentukan dalam masyarakat tetap beranjak dari fungsi sosialnya disamping adanya pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan latar belakang sosial budaya masyarakat. Ada dua kecendrungan yang digunakan untuk menentukan elite dalam masyarakat yaitu:
Pertama, menitikberatkan pada fungsi sosial dan yang kedua pertimbangan-pertimbangan yang bersifat moral. Kedua kecendrungan penilaian ini menurut Parson melahirkan 2 macam elite yaitu; Elite Eksternal dan Elite Internal.
Elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun, dan keadaan jiwa. Sedangkan Elite eksternal ialah meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi , berhubungan dengan probem-problem yang memperlihatkan  sifat yang keras, masyarakat lain atau masa depan yang tak tentu.
Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain:
-  Elite menduduki posisi penting dan cenderung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
-          Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan yang baik bersifat fisik maupun psikis, material maupun immaterial , merupakan heriditer maupun pencapaian.
-          Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain.
-          Ciri-ciri lain merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal diatas adalah imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaannya dan usahanya.
Sejalan dengan ciri-ciri golongan elite dan berdasarkan tata norma yang melahirkan stratifikasi sosial, maka kita akan mengenal beberapa macam elite. Tujuan yang hendak dicapai, penyesuaian diri, integrasi, memeperhatikan serta memelihara norma yang berlaku dan memperhatikan kepemimpinan.
Sehubungan dengan fungsi yang harus dijalankan elite dalam memegang pimpinan ia harus dapat mengatur strategi yang tepat. Dalam hal ini kita dapat membedakan elite pemegang strategi secara garis besar sebagai berikut:
-          Elite Politik, elite yang harus berkuasa dalam mencapai tujuan. Yang paling berkuasa biasa disebut dengan elite segala elite.
-          Elitek Ekonomi, Militer, Diplomatik, dan Cendekiawan. Mereka yang berkuasa atau mempunyai pengaruh dalam bidang itu.
-          Elite Agama, filsuf pendidik dan pemuka masyarakat.
-          Elite yand dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti; artis, penulis, tokoh film, olahragawan, dan sebagainya.
Elite dari segala elit dapat menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang strategidi tiap bidang nya bekerja sebaik-baik nya.

-          Pengertian Massa
Massa ialah suatu istilah yang dipergunakan untuk suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yang secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.
Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan dalam pers, atau mereka berperan serta dalam suatu migrasi dalam arti luas.
Tanggal Akses: 17 Januari 2013

-          Ciri-ciri massa
  1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.
  2. Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonim.
  3. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggota­anggotanya.
tingkat sosial tidak mungkin terjadi.b.


Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka : Adanya kemungkinanuntuk berpindah tingkatan sosial.