Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti
istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the
Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin
humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the
humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu
the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri. Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok
pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan.
Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Ilmu-ilmu Alamiah (
natural scince )
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui
keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal
ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku
mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan
suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini
lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah
2. Ilmu-ilmu sosial (
social scince )
ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk
mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia.
Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu
alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran.
Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah
dari saat ke saat.
3. Pengetahuan budaya (
the humanities )
bertujuan untuk memahami dan mencari
arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataankenyataan yang
bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities)
dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan
filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding
keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu
budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain
IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan
mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya
daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris
disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan
istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia
sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu
tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia
dan budaya.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar
tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar
dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak
dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang
termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD
semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa
dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap
nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun
yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD
diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa
terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta
mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut
kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai
calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing
tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4. menguasahakan wahana komunikasi para
akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki
satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam
berkomunikasi.
Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn
telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu
adalah :
1. Berbagai aspek kehidupan yang
seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat
didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi
masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara
gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2. Hakekat manusia yang satu atau
universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan
masing-masing jaman dan tempat. Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji
dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral
dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana
hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai
manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral
dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1. Manusia dan cinta kasih
2. Manusia dan Keindahan
3. Manusia dan Penderitaan
4. Manusia dan Keadilan
5. Manusia dan Pandangan hidup
6. Manusia dan tanggungjawab serta
pengabdian
7. Manusia dan kegelisahan
8. Manusia dan harapan
MANUSIA dan KEBUDAYAAN
Manusia
Dipandang dari segi ilmu eksakta,
manusia adalah kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan
sistem yang dimiliki oleh manusia ( ilmu kimia ). Manusia merupakan kumpulan
dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan
kumpulan dari energi ( ilmu fisika ). Manusia merupakan mahluk biologis yang
tergolong dalam golongan mahluk mamalia ( biologi ). Dalam ilmu-ilmu sosial,
manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atu selalu
memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus ( ilmu ekonomi
). Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri ( sosiologi
), mahluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan ( politik ). Dan lain
sebagainya.
1. Manusia itu terdiri
dari empat unsure yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad; yaitu badan kasar manusia yang
nampak pada luarnya, dapat diraba, dan difoto, dan menempati ruang dan waktu.
b. Hayat; yaitu mengandung unsure hidup,
yang ditandai dengan gerak
c. Ruh; yaitu bimbingan dan pimpinan
Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan mencipta yang bersift konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kebudayaan.
d. Nafas; dalam pengertian diri atau keakuan,
yaitu kesadaran tentan diri sendiri
2. Manusia sebagai satu kepribadian yang
mengandung 3 unsur yaitu :
a. Id. Yang merupakan struktur
kepribadian yang paling primitive dan paling tidak nampak. Id merupakan libido
murni, atau energi psikis yang menunjukkan cirri alami yang irrasional dan
terkait masalah sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran. Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi
terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator
antara insting Id dengan dunia luar.
b. Ego. Merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai
kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubgunkan energi Id ke
dalam saluran osial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Superego. Merupakan struktur
kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia limat tahun.
Dibandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam diri
individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego
menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri
melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.
Dari uraian diatas dapat mengkaji aspek
tindakan manusia dengan analisa hubungan antara tindakan dan unsure-unsur
manusia. Seringkali misalnya orang senang terhadap penyimpangan terhadap
nilai-nilai masyarakat dapat diidentifikasi bahwa orang tersebut lebih
dikendalikan oleh Id dibandingkan super-egonya. Atau seringkali aa kelainan
yang terjadi pada manusia, misalnya orang yang berparas buruk dan bertubuh
pendek berani tampil ke muka umum, dpat diterangkan dengan mengacu pada unsur
nafs (kesadaran diri ) yang dimilikinya. Kesemuanya tersebut dapat digunakan
sebagai alat analisa bagi tingkah laku manusia.
Hakekat Manusia :
1. Mahluk ciptaan Tuhan yagn terdiri
dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
2. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, jika dibandingkan denan mahluk lainnya
3. mahluk biokultural yaitu mahluk
hayati yagn budayawi
4. Mahluk Ciptaan Tuhan yagn terkait
dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuanbekerja dan
berkarya
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap
masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan
kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakatnya. Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli.
Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang
merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan,
yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa
manusia mewujudkan sega norma dan nilai masyarakat yang perlu untuk mengatur
masalah-masalah kemasarakatan alam arti luas, didalamnya termasuk, agama,
ideology, kebatinan, kenesenian dan semua unusr yang merupakan hasil ekspresi
dari jiwa manusia. Yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjtunya cipta
merupakan kemampuan mental, kemampuan piker dari orang yang hidup bermasyarakat
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan
cipta dinamakan kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh
karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai dengan
kepentingan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat. Dari pengetian tersebut
menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan ari pengetahuan manusia
sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami
lingkungan yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong
terwujudnya kelakuan manusia itu sendiri.Atas dadar itulah para ahli
mengemukakan adanya unsure kebudayaan yang umumnya diperinci menjadi 7 unsur
yaitu :
1. unsur religi
2. sistem kemasyarakatan
3. sistem peralatan
4. sistem mata pencaharian hidup
5. sistem bahasa
6. sistem pengetahuan
7. seni
Bertitik tilah dari sistem inilah maka
kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud antara lain :
1. wujud sebagai suatu kompleks dari
ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal
kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya aa dalam pikiran masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup
2. kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. kebudayaan sebagai benda hasil karya
manusia
Perubahan kebudayaan pada dasarnya tidak
lain dari para perubahan manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah
kebudayaan itu. Perubahan itu terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan
manusia lainnya, atau karena hubungan antara kelompok manusia dalam masyarakat.
Tidak ada kebudayaan yanga statis, setiap perubahan kebudayaan mempunyai
dinamika, mengalami perubahan; perubahan itu akibat dari perubahan masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan tersebut.
Ø LATAR BELAKANG
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum
(MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri
atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran,
dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua
hal:
1. Tema-tema ilmu budaya
dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan
dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang
Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan,
pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang
terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap
dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran
ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan
hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya)
sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”.
Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia.
Ø RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari
Ilmu Budaya Dasar?
2. Apa latar belakang
adanya ilmu budaya dasar?
3. Apa saja ruang lingkup
ilmu budaya dasar?
4. Apa hubungan ilmu
budaya dasar dengan ilmu eksak?
Ø TUJUAN PENULISAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan daya
tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Dan
juga untuk mejelaskan pentingnya Ilmu Budaya Dasar sebagai fondasi membangun
moral mahasiswa. Agar tercipta manusia dengan kepedulian tinggi terhadap
sesamanya. Dan mengenalkan ilmu budaya dasar serta hubungannya dengan ilmu
eksak. Bahwa kedua ilmu ini adalah memiliki keterikatan satu sama lain.
A. PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
“Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah
berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan
pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai
bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya.
[1]
Definisi tentang pengetahuan budaya : “Pengetahuan Budaya
(the humanities) adalah pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan
filsafat. Keahlian ini dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain, seperti
seni sastra, seni tari, seni music, seni rupa dan lain-lain. Dengan demikian
disini jelas dapat dibandingkan antara pengertian the humanities (Ilmu Budaya
Dasar) dengan Culture (Kebudayaan). The Humanities atau Humaniora itu menurut
L.Wilardjo adalah : sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap sesamanya.
Jadi Humaniora ini dilihat dari definisi L.Wilarjo sebagai seperangkat sikap
dan perilaku manusia.
Sedangkan kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture
(bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin:
“Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti
culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam”. Ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai
suatu perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi.
Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut Dawson dalam bukunya “Age Of The Gods”,
kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common way of life).
Sedangkan menurut E.B Taylor dalam bukunya : “Primitive Culture” kebudayaan adalah
suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan
lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dan Dr.Moh.Hatta
mengatakan kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Sepintas definisi-difinisi tersebut kelihatan berbeda-beda,
namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan
manusia. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa : Kebudayaan adalah hasil buah budi
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi
yang berupa cipta, karsa dan rasa.
B. LATAR BELAKANG ILMU BUDAYA
DASAR
Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang
diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai system pendidikan kita yang
dinilai sebagai warisan system pendidikan pemerintahan Belanda pada masa
penjajahan. System pendidikan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas
budi yang diajukan oleh Conrad Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah
menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan
keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan
Negara kita.
Sampai sekarang, system pendidikan yang terkotak-kotak telah
menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu
tertentu. Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan
kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan
tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara
secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan
masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan
juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan
sarjana yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan
dan kebutuhannya, dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya.
Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai
pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul
dalam lingkungan masyarakat.
[2]
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks
budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi
dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Perguruan tinggi diharapkan
dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang
terdiri atas :
· Kemampuan
akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan
maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis,
sistematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk
mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan
alternatife pemecahannya.
· Kemampuan
profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang
bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan
dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
· Kemampuan
personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga
ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah
laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan
mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki
pandangan yang luas dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh
masyarkat Indonesia.
Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam
konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan
permasalahannya sebgai berikut :
· Kenyataan
bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang
biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
· Pembangunan
telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran system
nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai
budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh
hubungan interaksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini,
terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan
demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam
kehidupan berbangsa.
· Kemajuan
dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh
terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar.
Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan
intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan
cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang
kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang
menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
C. RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan
di atas, ada dua masalah yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah
tersebut ialah :
· Berbagai
aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan
budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The
Humanitie), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan
budaya, maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin dalam
pengetahuan budaya.
· Hakikat
manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya
dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi
lingkungan alam, social dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan
kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak
seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak
ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka.
Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah
Ilmu Budaya Dasar tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati
posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek akan tetapi
sekaligus objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama
manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan
manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Tim IBD dari Konsorsium sudah berusaha mengadakan pembagian
masalah-masalah tersebut secara fleksibel. Pada tahun 1972 misalnya,
masalah-masalah tersebut dibagi menjadi 10 tema atau 10 topik :
1. Manusia dan pandangan
hidup
2. Manusia dan asuhan
3. Manusia dan tanggung
jawab
4. Manusia dan cinta
kasih
5. Manusia dan
kegelisahan
6. Manusia dan derita
(penderitaan)
7. Manusia dan harapan
8. Manusia dan ketulusan
9. Manusia dan pengabdian
10. Manusia dan keadilan
Pada tahun 1973 Tim IBD membagi masalah-masalah tersebut
menjadi 15 tema atau topic, yang disusun sesuai dengan “lingkungan hidup
manusia”.
1. Kelahiran
2. Kebahagiaan dan humor
3. Cinta kasih dan
keterbukaan
4. Kedirian manusia dan
perkelaminan
5. Pengeluaran,
pemanfaatan, dan penaklukan alam
6. Keindahan dan khayalan
7. Kekuatan dan
kehormatan
8. Kedakuan,
pemberontakan, dan perbudakan
9. Penderitaan
10. Keadilan dan hak
11. Kebebasan
12. Kebijakan dan pandangan hidup
13. Kerinduan Ilahi
14. Iman dan kesucian
15. Kematian
Kemudian pada tahun 1978, Tim IBD menyusun kembali
masalah-masalah tersebut menjadi 7 topik yaitu :
1. Keadilan
2. Tanggung jawab
3. Cinta kasih
4. Pengabdian
5. Harapan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
Dan pada tahun 1980 Tim IBD merumuskan menjadi 8 topik :
1. Pandangan hidup
2. Keindahan
3. Cinta kasih
4. Tanggung jawab dan
pengabdian
5. Keadilan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
8. Harapan
Akhirnya pada tahun 1982 Konsorsium menurunkan rumusan
terbaru sebagai berikut:
Mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua
maslah pokok tersebut di atas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran
lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan
dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan ke dalam satu tema, yaitu menusia
sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut ke dalam
delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu :
1. Manusia dan cinta
kasih
- Cinta
antara pria dan wanita
- Kekeluargaan
- Persaudaraan
2. Manusia dan keindahan
- Kontemplasi
- Ekstasi
3. Manusia dan
penderitaan
- Nasib
buruk
- Penyesalan
- Kehilangan
yang dicintai
4. Manusia dan keadilan
- Rasa keadilan
- Perlakuan yang adil
5. Manusia dan pandangan
hidup
- Cita-cita
- Kebajikan
6. Manusia dan tanggung
jawab serta pengabdian
- Kesadaran
- Kewajiban
- Pengorbanan
7. Manusia dan
kegelisahan
- Keterasingan
- Kesepian
- Ketidakpastian
8. Manusia dan harapan
- Kepercayaan
diri
- Gairah
mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas nempak
sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas dari
masalah-masalah manusia dan kebudayannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut
di atas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam
pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang
akan dikaji dengan Ilmu Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang pengetahuan
budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai bidang.
Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra,
tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya
merupakan benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia dan cinta
kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar
mahasiswa lebih mudah mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan untuk
menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup
manusia.
Di samping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan
norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan semacam itu
diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka
kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.
D. HUBUNGAN ILMU BUDAYA DASAR DENGAN
ILMU-ILMU EKSAK
1. Hubungan IBD dengan
Ilmu Teknik
Sesuai dengan pengertian dan sasaran ilmu budaya, maka tidak
mengherankan jika pengetahuan budaya dasar itu berkaitan sekali dengan
ilmu-ilmu teknik, justru ilmu teknologi itu adalah hasil dari budaya manusia.
Karena itu tidak mengherankan, jika karya budaya itu menuntut kekuatan,
keindahan, kepraktisan, dan sebagainya.
Hal itu dapat kita perhatikan pada hasil yang berbentuk
bangunan-bangunan, seperti rumah, bangunan jembatan, motor, robot dan lain
sebagainya.
2. Hubungan IBD dengan
Ilmu Pertanian
Sesuai dengan pendapat dalam uraian di atas, yaitu hubungan
IBD dengan ilmu-ilmu teknologi, maka hubungan IBD dengan ilmu-ilmu pertanian
sama juga.
Hasil kesadaran budi manusia berkaitan erat dengan ilmu-ilmu
pertanian. Hal itu terjadi sejak masyarakat kita bersifat agraris.
Sekarang, dalam masa modern ini hasil budi kita juga mengacu
arah kemajuan. Karena itulah, maka IBD berusaha mengikuti perkembangan dan
mengaitkan dengan ilmu-ilmu pertanian modern, antara lain: berperhatian pada
tanah sebagai fokusnya, pada tanam-tanamannya, pada hama dan penyakitnya dan
berperhatian kepada perekonomiannya dan seterusnya.
· Hubungan
IBD dengan tanah sebagai fokusnya
Konsep IBD merupakan pengejawantahan manusia yang berbudi,
sadar untuk berperhatian langsung kepada tanah sebagai focus sasarannya.
Manusia itu bergabung dengan manusia lain dan akhirnya akan berkelompok. Mereka
mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai cita-citanya dan mereka itulah yang
kita sebut masyarakat. Dalam masyarakat itulah biasanya mereka membuat
peraturan-peraturan bersama dan peraturan itu ditiadakan, kemudian peraturan
itu diturunkan kepada anak keturunannya.
Mengenai hubungan manusia dengan tanah dalam alam modern ini
sering timbul pertentangan karena adat masyarakat itu. Masyarakat mempertahankan
berlakunya adat yang dipatuhi, sedang masyarakat modern menginginkan ketidak
patuhannya demi ide yang diliputi akal budi yang sadar. Untuk kepentingan itu
akal budi manusia selalu berusaha agar dapat memperbolehkan tanahnya diolah dan
diubah untuk meningkatkan produksi, serta mengubah tanahnya yang kurang subur
itu menjadi tanah yang subur serta bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Begitu pula mengenai penggunaan alat-alat modern dalam pertanian, waktu
pengolahan dan waktu bertanam. Biasanya usaha itu oleh adat dianngap tabu.
Disinilah peranan ilmu budaya untuk mengatasi kesulitan
sampai mencapai tujuan.
· Hubungan
IBD dengan tanam-tanaman sebagai fokusnya
Sesuai dengann sub pokok bahasan mengenai tanam-tanaman pun
sering menjadi masalah yang rumit untuk di atasi. Hal itu terasa sekali ketika
kita akan mengubah tanaman pada jenis wulu dengan tanaman padi jenis PB. Begitu
pula bagaimana cara kita menjelaskan kepada masyarakat untuk dapat izin menanam
jenis tanaman tertentu dicampur dengan tanaman yang lain yang berguna, tetapi
tidak merugikan tanaman yang pokok. Jelas tidak benar, jika para budayawan akan
mencapai tujuannya itu dengan cara melawan adat.
Di sinilah para budayawan pertanian berperan sekali untuk
mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan di sector pertanian.
Untuk meningkatkan pengembangan itu para ahli yang berbudaya yang cocok dengan
tanah kita.
· Hubungan
IBD dengan hama dan penyakit sebagai fokusnya
Sering masyarakat menuduh dengan mudah atau melemparakan
kesalahan kepada para ahli berkenaan dengan munculnya hama penyakit
tanam-tanaman yang melandanya. Pendapatnya, datangnya hama penyakit disebabkan
dewa/roh yang berkuasa menghukunya. Orang harus sadar, bahwa roh yang marah itu
harus segera diberi upeti dan segera sang dewa itu mau menghilangkan penyakit
yang menimpanya. Jika para ahli menjelaskan adanya penyakit itu maka mereka
menolaknya. Dalam hal ini masyarakat kurang mudah memahami apa yang dimaksud
pembaharuan dan pembangunan berdasarkan penalaran yang sakit untuk
memberantasnya.
Di sini pula para ahli yang berbudaya dituntut untuk segera
bisa mengatasi kesukaran-kesukaran yang berhubungan dengan pembangunan di
sector pertanian dengan perwujudan dapat memberantas hama tikus, wereng, dan
sebagainya. Anggapannya, perwujudan yang nyata itu akan dengan segera diterima
oleh masyarakat. Karena itu obat hasil penelitiannya yang manjur dan ampuh
tersebut yang diharapkan oleh mereka. Masalah ini justru yang menjadi tantangan
bagi para masyarakat ilmiah.
· Hubugan
IBD dengan perekonomian sebagai fokusnya
Memperhatikan masalah ekonomi, mengolah orang cenderung
berfikir tentang usaha, mengolah dan memasarkannya. Dengan ekonomi itu orang
akan dengan mudah memperhatikan gerak masyarakat dalam pembangunan ini. Dengan
melalui perekonomian manusia budaya akan selalu berusaha, bagaimana hasil
sector pertanian itu dapat dikembangkan dengan leluasa, baik versifat nasional
maupun bersifat internasional.
· Hubungan
IBD dengan ilmu kedokteran
Sejak dengan ilmu-ilmu kedokteran yang sifatnya lebih kearah
manusia, maka sudah jelas kiranya, bahwa pengetahuan budaya yang berkaitan
dengan hasil kesadaran manusia akan parallel dengan ilmu-ilmu kedokteran.
Segala penalaran dokter sebagai manusia akan sama dengan
penalaran budi manusia. Ilmu kedokteran yang selalu memikirkan jasmani dan
rohani manusia akan selalu dituntut oleh keadaan lingkungan masyarakat. Salah
piker dari seorang dokter berarti akan bertentangan dengan hati nurani manusia
yang melekat dalam pribadi sang dokter. Sebaliknya kesuksesan dokter akan
selalu menjunjung tinggi dan mengangkat nama harumnya, karena segala kesuksesan
itu tentu dilandasi oleh budi/ pikiran manusia secara sadar. Justru karena
itulah, Fakultas kedokteran akan selalu parallel dan tidak akan sumbang dengan
penalaran manusia yang kreatif dan bermoral tinggi.
Hal itu dapat diperhatikan dari contoh-contoh kehidupan sang
dokter. Mereka tidak akan pilih kasih menghadapi pasiennya, apakah si pasien
itu kaya atau miskin. Bagi dokter yang penuh dedikasi baik ia akan menghadapi
pasiennya sama saja. Sang dokter akan puas sekali, jika ia mampu menyembuhkan
paisennya yang mungkin sekali ia sudah tak akan tertolong, menurut perhitungan
ilmiah.
Dalam kehidupan sehari-hari sang dokter akan merasa diuji
oleh janji dokternya, Ia diuji agar sang dokter mau memberi suntikan
yang mematikan terhadap seseorang. Disini sang dokter dengan kebudayaan yang
tinggi dan perasaaan yang penuh cinta kasih harus memberi jawaban/ tindakan
yang sesuai dengan penalaran yang baik.
Dengan demikian hubungan IBD dengan dokter sebagai pribadi
akan mampu memberi jawaban dengan menyadarkan ketidak puasannyadalam kehidupan
bermasyrakat.
Jadi IBD merupakan ilmu yang bertugas mendasari mental
pribadi mahasiswa yang untuk dapat menerima, meresapi dan menghayati ilmu-ilmu
budaya di samping ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu disiplinnya masing-masing.
Gerak manusia budaya dalam masyarakat selalu menarik
hubungan penalaran manusia terhadap ilmu-ilmu tertentu. Inilah sebabnya IBD
sebagai ilmu akan selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain, baik antar
ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu-ilmu social atau ilmu-ilmu eksak. Hubungan ilmu
budaya dasar dengan ilmu-ilmu teknik dapat dilihat pada karya manusia yang
berbudi sadar seperti : bangunan-bangunan, baik bangunan yang sederhana maupun
bangunan raksasa, misalnya jembatan yang sederhana yang biasa orang menyebut
titian sampai dengan jembatan panjang sekali: bangunan rumah dapat kita
perhatikan bangunan rumah sederhana sampai dengan bentuk ukiran bangunan yang
berujud alat-alat elektronik yang sangat sederhana sampai alat-alat elektronik
yang maju sekali.
Hubungan il;mu budaya dasar dengan ilmu-ilmu pertanian dalam
hal ini hubungan IBD dengan ilmu-ilmu pertanian dapat terlihat pada penalaran
manusia terhadap tanah, terhadap tanam-tanaman, terhadap hama penyakit,
terhadap bio kimia untuk mengatasi hambatan-hambatan yang berhubungan demngan
sector pertanian. Selanjutnya penalaran manusia terhadap perekonomian pertanian
pun menjadi masalah yang tak luput dari pemikiran ilmu budaya dasar.
Hubungan ilmu budaya dasar dengan ilmu-ilmu kedokteran
tampak jelas, sebab ilmu kedokteran itu sendiri berada atau merupakan ilmu-ilmu
yang secara langsung berkaitan dengan manusia sebagai sasarannya. Di sinilah
ilmu kedokteran itu berperan sekali dalam kehidupan manusia. Jadi, budi manusia
yang luhur harus dapat menguasai atau menyelubungi segala tindak tanduk sang
dokter.